Ta'lim Muta'alim

Resume Terjemah Kitab Ta'lim Muta'alim

I - IDENTITAS BUKU


Buku Terjemah Ta'lim Muta'allim, Syaikh Az-Zarnuji, Mutiara Ilmu, Surabaya, 2009 (Ebook Pdf)


TERJEMAH TA’LIM MUTA’ALIM

(viii + 110 hl.); 14,5 x 20,1 cm

Cetakan pertama, Ramadhan 1430 / September 2009

Cetakan kedua, Syawal 1433 / September 2012

Disusun oleh: Syeikh Az-Zarnuji

Penerjemah: Abdul Kadir Aljufri

Penyunting: Husin Abdullah & Idrus Hasan

Pengatur dan Tata Letak: Tim CM Grafika, Surabaya

Desain Sampul: Tim Grafis Mutiara Ilmu

Diterbitkan oleh: MUTARA ILMU Surabaya


Dalam kitab Ta’limul Muta’alim terdiri dari 13 pasal, diantaranya:

  1. Hakikat Ilmu, Hukum Mencari Ilmu dan Keutamaannya.

  2. Niat Dalam Mencari Ilmu.

  3. Cara Memilih Ilmu, Guru, Teman dan Ketekunan.

  4. Cara Menghormati Ilmu dan Guru.

  5. Kesungguhan Dalam Mencari Ilmu, Beristiqomah dan Cita-Cita Yang Luhur.

  6. Ukuran dan Urutannya.

  7. Tawakal.

  8. Waktu Belajar Ilmu.

  9. Saling Mengasihi dan Saling Menasehati.

  10. Mencari Tambahan Ilmu Pengetahuan.

  11. Bersikap Wara’ Ketika Menuntut Ilmu.

  12. Hal-Hal Yang Dapat Menguatkan Hafalan dan Yang Melemahkannya.

  13. Hal-Hal Yang Mempermudah Datangnya Rezeki dan Yang Menghambat Datangnya Rezeki, Yang Dapat Memperpanjang dan Mengurangi Umur.


II - RANGKUMAN

PASAL I - HAKIKAT ILMU, FIKIH DAN KEUTAMAANNYA


A. Kewajiban Belajar

Rosululloh SAW bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: طلب العلم فريضة على كل مسلم ومسلمة

“Menuntut ilmu itu wajib bagi muslim laki-laki dan perempuan.”

Kewajiban menuntut ilmu bagi muslim laki-laki dan perempuan tidak untuk segala macam ilmu, tetapi yang diwajibkan adalah menuntut ilmu haal (ilmu yang menyangkut kewajiban sehari-hari sebagai muslim, seperti ilmu tauhid, akhlak dan fiqih). Sebagaimana diterangkan dalam hadits: “Ilmu yang paling utama adalah ilmu haal dan amal yang paling utama adalah menjaga haal (prilaku).


B. Keutamaan Ilmu

Keutamaan ilmu adalah sebagai peratara (sarana) menuju ketakwaan yang akan menyebabkan seseorang brhak mendapatkan kemuliaan disisi Allah SWT dan kebahagiaan yang abadi.


C. Ilmu Akhlak

Setiap orang Islam wajib mempelajari ilmu tentang segala etika (akhlak), baik yang terpuji maupun yang tercala.


D. Ilmu Yang Wajib Dipelajari Secara Kifayah dan Ilmu Yang Haram Dipelajari

Mempelajari ilmu yang diperlukan pada saat-saat tertentu saja (seperti salat jenazah dan dll.) hukumnya fardhu kifayah.jika di suatu daerah sudah ada orang yang mempelajari ilmu tersebut.

Mempelajari ilmu nujum (meramalkan suatu berdasarkan ilmu perbintangan dan astrologi) hukumnya haram, sebab ilmu tersebut berbahya dan tidak bermanfaat, dan lari dari ketentuan dan takdir Allah SWT jelas tidak mungkin.Tapi jika sebatas untuk mengetahui arah kiblat dan waktu salat, maka dipebolehkan.

Adapun mempelajari ilmu kedokteran hukumnya jawaz (diperbolehkan).


E. Definisi Ilmu

Ilmu adalah suatu sifat yang dengannya dapat menjadi jelas pengertian suatu hal yang disebut.

Ilmu fiqih adalah pengetahuan tentang kelembutan-kelembutan (kedalaman) ilmu.


PASAL II - NIAT DALAM MENCARI ILMU


A. Pentingnya Niat Blajar

Rosululloh SAW bersabda:

إنما الأعمال بالنيات

Semua amal itu tergantung pada niatnya.”

Niat seorang pelajar dalam menuntut ilmu harus ikhlas mengharap ridha Allah SWT, mensyukuri nikmat akal dan kesehatan badan, mencari kebahagiaan di akhirat menghilangkan kebodohan dirinya, dan orang lain menghidupkan agama, dan melestarikan Islam.


B. Kelezatan dan Hikmah Ilmu

Barang siapa yang telah dapat merasakan kelezatan ilmu dan pengamalannya, maka dia tidak akan tertarik dengan harta yang dimiliki orang lain.


C. Pantangan Ahli Ilmu

Para ahli ilmu (ulama) sebaiknya tidak merendahkan (menghinakan) dirinya dengan mengharapkan sesuatu yang tidak semestinya dan menghindari hal-hal yang dapat menghinakanilmu dan ahli ilmu.


D. Saran Khusus Buat Pelajar

Para pelajar seharusnya mendapatkan kitab wasiat yang ditulis oleh Abu Hanifah untuk Yusuf bin Khalid As-Simti ketika hendak pulang kepada keluarganya.


PASAL III - MEMILIH ILMU, GURU, TEMAN BELAJAR DAN TEKUN DALAM MENIMBA ILMU


A. Syarat-syarat Ilmu Yang Dipilih

Para pelajar hendaknya memilih ilmu yang terbaik baginya dan ilmu yang dibutuhkannya dalam urusan agama pada masa sekarang, lalu ilmu yang dibutuhkannya pada masa mendatang.

Sebaiknya seorang pelajar memprioritaskan pada ilmu tauhid dan mengenal Allah dengan dalil-dalilnya.

Para ulama berkata tetaplah kalian pada ilmunya para nabi (ilmu agama), dan tinggalkanlah ilmu-ilmu yang baru (ilmu debat yang mucul setelah meninggalnya para ulama).


B. Cara Memilih Guru Atau Kiai

Sebaiknya memilih orang yang lebih alim (pandai), yang bersifat wara’ (menjaga harga diri), dan yang lebih tua.


C. Memilih Teman Belajar

Para pelajar sebaiknya memilih orang yang tekun belajar, bersifat wara’ dan berwatak istiqomah (lurus) dan mudah paham (tanggap).Hindarilah orang malas, penganggur, pembual, suka berbuat onar dan suka memfitnah.


D. Sabar Dan Tekun Dalam Belajar

Seorang pelajar harus berani bertahan dan bersabar dalam belajar kepada seorang guru dan mempelajari sebuah kitab, jangan sampai meninggalkannya sebelum tamat (selesai). Tidak berpindah dari satu guru ke guru yang lain dan dari satu ilmu ke ilmu yang lain sebelum benar-benar memahaminya dengan yakin,tidak berpindah dari suatu daerah ke daerah yang lain tampa kecuali bila terpaksa.


PASAL IV - PENGHORMATAN TERHADAP ILMU DAN ORANG ALIM


A. Mengagungkan Ilmu

Pelajar tidak dapat meraih ilmu dan memanfaatkan ilmunya kecuali dengan menghormati ilmu dan ahli ilmu serta menghormati dan mengagungkan gurunya.


B. Mengagungkan Guru

Salah satu cara menghormati guru ialah tidak berjalan kencang di depannya, tidak duduk ditempatnya, tidak mulai percakapannya kecuali atas izinnya, tidak banyak bicara dihadapan guru, tidak menanyakan sesuatu ketika ia sudah bosan, menjaga waktu dan tidak mengetuk pintu rumah atau kamarnya, tetapi harus menunggu sampai beliau keluar, menghormati anak-anaknya dan orang yang mempunyai hubungan keabat dengannya.


C. Memuliakan Kitab

Seorang pelajar sebaiknya tidak memegangkitab kecuali dalam keadaan suci dari hadas, tidak menyelonjorkan kaki kearah kitab, hendaknya kitab tafsir diletakan diatas kitab-kitab yang lain dan tidak meletakkan sesuatu diatas kitab, hendaknya menulis pada kitab dengan baik, jelas dan tidak kabur, tidak membuat catatan pinggir yang mengaburkan kitab, kecuali dalam keadaan terpaksa, sebiknya tidak memakai tinta merah dalam menulis kitab karena hal itu kebiasaan para filosof bukan kebiasaan ulama salaf.


D. Menghormati Teman

Termasuk menghormati ilmu adalah menghormati teman dan orang yang mengajar.Para pelajar harus saling mengasihi dan menyayangi apalagi kepada guru, supaya ilmunya berfaedah dan diberkati.

Hendaknya para pelajar mendengarkan ilmu dan hikmah dengan rasa hormat, sekalipu sudah pernah mendengarkan suatu masalah dan kalimat tersbut seribu kali.


E. Jangan Memilih Ilmu Sendiri

Seorang pelajar sebaiknya tidak memilih sendiri bidang ilmu yang akan ditekuninya, tetapi harus menyerahkan kepada guru untuk memilihnya. Karena guru lebih tahu mana ilmu yang cocok dengan watak atau kecenderungan muridnya.

Seorang pelajar sebaiknya tidak duduk dekat gurunya pada saat belajar kecuali darurat.


F. Menghindri Akhlak Tercela

Seorang pelajar sebaiknya menghindari perilaku yang tercela.



PASAL V - KESUNGGUHAN DALAM MENCARI ILMU, BERISTIQOMAH DAN CITA-CITA YANG LUHUR


A. Kesungguhan Hati

Pera pelajar harus bersungguh-sungguh dan tekun dalam belajar.

Firman Allah SWT dalam QS. Al-Ankabut: 69.

والذين جاهدوا فينا لنهدينهم سبلنا

Dan orang-orang yang berjihad atau bersungguh-sungguh untuk mencari (keridhaan-Ku), maka benar-benar aku akan tunjukan mereka kepada jalan-jalan menuju keridhaan-Ku.”


B. Kontinuitas dan Mengulang Pelajaran

Pelajar harus mengulang-ngulang pelajarannya pada awal malam dan akhir malam.Yaitu antara Isya dan waktu sahur.


C. Menyantuni Diri

Para pelajar tidak boleh terlalu memaksa diri hingga melebihi kekuatannya. Karena akan melemahkan tubuhnya.


D. Cita-cita Luhur

Para pelajar harus memiliki cita-cita yang luhur dalam berilmu, karena merupakan modal utama untuk mencapai sesuatu.


E. Sebab-sebab Rasa Malas

Rasa malas ditimbulkan oleh dahak dan karena kebanyakan kadar air. Cara menanggulanginya dengan mengurangi makan, bersiwak dan makan roti kering.


PASAL VI - LANGAH AWAL, UKURAN DAN TATA CARA BELAJAR


A. Tahap Awal dan Ukuran Belajar

Dalam Hadis Nabi

ما من شيئ بدئ يوم الأربعاء إلا وقد تم

“Tidak ada sesuatu yang dimulai pada hari Rabu kecuali akan menjadi sempurna.” Karena hari Rabu adalah hari dimana cahaya (Nur) diciptakan.

Ukuran dalam belajar bagi orang yang baru memulai, dalam keterangan dikatakan bahwa :

“Guru-guru kami berpendapat bahwa sebaiknya ukuran pelajaran bagi tingkat dasar adalah sesuatu yang kira-kira dapat dikuasai dengan mengulanginya dua kali, kemudian setiap hari ditabahkan kalimat demi kalimat.”


B. Tingkat Pelajaran dan Usaha Memahaminya

Dalam memulai pelajaran, sebaiknya diawali dengan sesuatu yang mudah dipahami kemudian membuat catatan sendiri mengenai pelajaran yang dipahaminya dan disertai dengan berdoa kepada Allah SWT.


C. Mendiskusikan Ilmu

Para pelajar harus saling mengingatkan pelajaran (mudzakarah), berdiskusi (munazharah), dan memecahkan masalah bersama (mutharahah) dengan penuh kesadaran, tenang dan penuh penghayatan, hindarilah keonaran.


D. Berpikir dan Berbicara Tepat

Para pelajar harus menggunakan seluruh waktunya untuk merenungkan kedalaman ilmu dan membiasakannya. Sebelum berbicara, santri haruslah berpikir dulu, agar apa yang diucapkan benar.


E. Pembiayaan Untuk Ilmu dan Bersyukur

Barang siapa berharta banyak, maka sebaik-baik harta yang dimiliki orang soleh, ialah harta yang dihabiskan untuk menutut ilmu.

Para pelajar harus senantasa bersyukur kepada Allah dengan ungkapan lisan, hati, tindakan anggota badan dan mendermakan hartanya serta berpandang bahwa pemahaman, pengetahun, dan pertolongan itu semuanya dating dari Allah SWT.


F. Berkorban Harta

Barang siapa memiliki harta kekayaan, maka janganlah kikir.

Rosululloh SAW. Bersabda:

أي دواء أدوأ من البخل

“Adakah penyakit yang lebih parah daripada kekikiran.”

Para santri harus rajin membeli kitab, dan menyuruh orang lain menuliskan kitab, karena hal ini dapat membantu mempermudah mengaji dan belajar ilmu fiqih.


G. Belajar Keterampilan dan Mengukur Kemampuan

Para pelajar pada masa lalu lebih dahulu mempelajari cara bekerja kemudian mencariilmu, kemudian mereka tidak tamak mengharap harta orang lain.

Para pelajar seharusnya tidak berharap kecuali kepada Allah. Dan tidak takut kecuali kepada-Nya.


H. Menghapal Pelajaran

Para pelajar sebaiknya mempelajari ulang pelajaran yang lalu dengan cara sebagai berikut:

      • Pelajaran yang lalu (kemarin) lima kali.

      • Pelajaran dua hari yang lalu empat kali.

      • Pelajaran tiga hari yang lalu tiga kali.

      • Pelajaran empat hari yang lalu dua kali.

      • Pelajaran Lima hari yang lalu satu kali.

Para pelajar harus membiasakan membaca pelajaran dengan penuh semangat.tidak usah memaksakan diri, supaya tidak cepat bosan.


PASAL VII - BERTAWAKKAL


A. Rezeki Dan Urusan Dunia

Para pelajar diharuskan bertawakkal (berserah diri kepada ALLOH) di dalam menuntut ilmu. Ia tidak perlu merasa susah karena masalah rezeki dan hatinya jangan selalu disibukkan dengan urusan tersebut.

Orang yang berakal tidak akan gundah memikirkan urusan dunia, karena kegundahan dan kesedihan tidak akan dapat meghindarkan musibah dan tidak akan memberikan manfaat.


B. Hidup dengan Prihatin

Seorang pelajar harus sanggup menanggung segala kesulitan dan keprihatinan pada saat merantau mencari ilmu. Sebagaimana yang diucapkan oleh Nabi Musa as. Saat bepergian mencari ilmu dan ucapan ini tidak pernah terdengar darinya dalam masalah selain bepergian mencari ilmu.

“Sungguh benar-benar aku telah menemui kesulitan dalam perjalanan ini.”


C. Menggunakan Seluruh Waktu Buat Ilmu

Para pelajar hendaknya tidak memanfaatkan waktu dengan sesuatu apapun kecuali hanyaa untuk ilmu. Imam Muhammad berkata:

“Sesungguhnya pekerjaan kami (menuntut ilmu) ini sejak dari buaian hingga liang kubur. Seseorang yang meninggalkan ilmu kami (ilmu fiqih) sesaat saja, maka dia akan tertinggal sepanjang hidupnya.”


PASAL VIII - MASA BELAJAR


Dikatakan bahwa:

وقت التعلم من المهد إلى اللحد

“Masa belajar adalah semenjak dalam buaian hingga masuk liang lahat.”

Masa terbaik untuk belajar adalah ketika muda. Waktu paling baik untuk belajar yaitu saat-saat menjelang subuh dan waktu antara magrib dan isya. Yang terbaik adalah menghabiskan seluruh waktu untuk belajar. Apabila merasa jenuh menghadapi satu ilmu untuk dipelajari, maka beralihlah kepada ilmu yang lain.


PASAL IX - KASIH SAYANG DAN NASEHAT


A. Kasih Sayang

Sebagai ahli ilmu hendaklah memiliki kasih sayang, bersedia memberi nasehat tanpa disertai rasa hasud (dengki), karena rasa hasud tidak ada manfaatnya.


B. Menjauhi Perselisihan

Para pelajar sebaiknya tidak melibatkan diri dalam permusuhan dengan seseorang, karena akan menyia-nyiakan waktu juga berakibat membuka aib. Berusahalah menahan diri dan bersabar dalam menghadapi orang-orang dungu. Nabi Isa putra Maryam berkata: “Betahanlah menghadapi ejekan orang yang bodoh satu kali, niscaya kamu akan beruntung sepuluh kali.”


C. Tidak Berprasangka Buruk

Jauhilah berprasangka buruk kepada sesama orang mukmin, karena hal itu sumber permusuhan dan tidak dihalalkan. Rosululloh SAW bersabda:

ظنوا بالمؤمنين خيرا

“Berprasangka baiklah terhadap orang mukmin.”


PASAL X - MEGAMBIL PELAJARAN


A. Memanfaatkan Waktu Belajar

Mengambil pelajaran (istifadah) bagi pelajar haruslah dilakukan disetiap saat hingga memperoleh kemuliaan, dengan cara selalu menyediakan alat tulis untuk mencatat segala pengetahuan yang baru didapatkan. Sebaikhya maanfaatkanlah setiap waktu dan jangan sia-siakan, lebih-lebih pada malam hari dan pada saat sepi.


B. Mengambil Pelajaran Dari Orang Yang Lebih Tua

Seorang pelajar hendaknya mau mengambil pelajaran dari orang yang lebih tua dan tidak mengabaikan mereka.


C. Prihatain dan Rendah Di Mata Manusia

Suatu keharusan bagi pelajar untuk menanggung derita selama menuntut ilmu. Bercumbu rayu itu terlarang kecuali dalam rangka menuntut ilmu. Karena merupakan sutu keharusan bagi para pelajar untuk bercumbu rayu (mempertajam ilmu) dengan guru, teman dan yang lain untuk mengambil pelajaran dari mereka.


PASAL XI - WARA’ PADA MASA BELAJAR


A. Wara’

Rosululloh SAW bersabda:

من لم يتورع فى تعلمه ابتلاه الله تعالى بأحد ثلاثة أشياء: إما أن يميته فى شبابه، أو يوقعه فى الرساتيق، أو يبتليه بخدمة السلطان

“Barang siapa tidak berlaku wara’ ketika belajar ilmu, maka dia akan diuji oleh ALLOH dengan salah satu dari tiga perkara: Adakalanya ia dimatikan ketika muda, ditempatkan bersama orang-orang bodoh, atau diuji menjadi pelayan para penguasa.”

Diantara perbuatan wara’ yaitu menjauhkan diri dari golongan yang berbuat kerusakan, maksiat dan penganggur, menjauhkan dari perut kenyang, banyak tidur dan banyak bicara yang tidak ada gunanya. Hendaknya menjauhi makanan pasar, karena dikhawatirkan najis dan kotor, dapat menjauhkan diri dari ingat kepada ALLOH dan lebih ingat kepada kelalaian.


B. Menghadap Kiblat

Seorang pelajar hendaknya menghadap kiblat ketika belajar, selalu mengerjakan sunnah Nabi SAW, mengikuti ajaran para pendukung kebaikan, dan menghindari ajaran orang-orang yang berbuat lalim.


C. Berpedoman Pada Moral dan Sunnah

Seorang pelajar hendaknya tidak mengabaikan disiplin moral dan sunnah. Barang siapa yang meninggalkan disiplin moral, maka akan terhalang dari yang sunnah dan barang siapa yang mengabaikan yang sunnah maka ia terhalang dari yang wajib, sehingga ia terhalang pula dari akhirat.

Hendaknya memperbanyak melakukan shalat sebagaimana salatnya orang-orang yang khusyu, karena hal ini sangat menunjang kesuksesan belajar. Seorang pelajar harus selalu membawa buku dalam keadaan bagaimanapun, agar bisa menelaahnya. Dikatakan:

من لم يكن الدفتر فى كمه لم تثبت الحكمة فى قلبه

“Barang siapa yang tidak ada buku dalam sakunya, maka ia tak menyimpan hikmah dalam hatinya.”


PASAL XII - SEBAB-SEBAB HAPAL DAN LUPA


A. Penyebab Mudah Hapal

Hal-hal yang berperan menujang hapalan adalah kesungguhan, terus menerus, sedikit makan, membaca Al-Quran dan shalat dimalam hari.

Membaca Al-Quran dengan melihat (tidak dengan hapalan) adalah lebih utama. Sebagaimana sabda Nabi SAW:

أعظم أعمال أمتى قراءة القرآن نظرا

“Ibadah yang paling utama dari umatku adalah membaca Al-Quran dengan melihat.”

Cara lain untuk menguatkan hapalan yaitu ketika akan mengaji kitab membaca doa. Kemudian perbanyaklah membaca solawat kepada Nabi SAW. Karena solawat adalah zikir untuk seluruh alam.

Bersiwak, mnium madu, makan kandar (hanya ada di Turky) yang dicampur dengan gula dan makan anggur merah kering 21 biji setiap hari ketika merasa lapar.


B. Penyebab Lupa

Yang dapat menyebabkan lupa antara lain: Banyak berbuat maksiat, banyak dosa, khawatir dan disibukkan oleh urusan dunia.

Beberapa hal yang menyebabkan lupa antara lain, makan ketumbar, melihat salib, membaca tulisan pada nisan, berjalan diantara iringan-iringan unta, membuang ketombe yang masih hidup ke tanah, dan berbekam pada tengkuk.


PASAL XIII - HAL-HAL YANG MENDATANGKAN DAN YANG MENJAUHKAN REZEKI’ YANG MENAMBAH DAN MEMPERPANJANG UMUR


A. Yang Menjauhkan Rezeki

Rosululloh SAW bersabda: “Tidak dapat menolak takdir kecuali doa. Dan tidak dapat menambah usia kecuali berbuat baik. Maka sesungguhya orang laki-laki bisa terhalang rezekinya karena dosa yang diperbuatnya.”

Hadis ini menunjukan bahwa perbuatan dosa itu dapat menyebabkan terhalangnya rezeki, khususnya dosa akibat berdusta.

Tidur di waktu subuh, banyak tidur menyebabkan fakir, termasuk fakir dalam ilmu. Tidur dengan telanjang, kencing dengan telanjang, makan dalam keadaan junub, makan ketika junub, membiarkan makanan yang terjatuh, membakar kulit bawang merah dan putih, menyapu lantai rumah dengan kain, menyapu rumah pada malam hari, membiarkan sampah didalam rumah, berjalan didepan orang tua, memanggil kedua orang tua dengan namanya, membersihkan makanan yang tersisa di sela-sela gigi dengan benda kasar, membersihkan tangan dengan lumpur, tanah atau debu, duduk diambang pintu, bersandar pada salah satu daun pintu, wudhu di tempat istirahat, menjahit baju yang sedang dikenakan (dipakai), menyela wajah dengan baju, membiarkan sarang laba-laba didalam rumah, mengabaikan salat, cepat-cepat keluar dari mesjid setelah salat subuh, terlalu pagi pergi ke pasar, membeli roti dari orang fakir yang mengemis, mendoakan jelek pada anak, tidak menutup bejana, dan memadamkan lampu dengan meniup, menulis dengan pena yang rusak, menyisir rambut dengan sisir yang rusak, tidak mendoakan baik kepada kedua orang tua, mengenakan surban dengan duduk, mengenakan celana dengan berdiri, kikir, terlalu hemat, berlebih-lebihan, malas, menunda-nunda dan menyepelekan segala urusan.


B. Yang Mendatangkan Rezeki

Rosululloh SAW bersabda: “Memohonlah kalian akan turunnya rezeki dengan bersedekah.”

Bangun di waktu pagi dapat mendatangkan segala kemudahan dan dapat menambah nikmat, terutama rezeki. Menulis dengan baik, berwajah ramah dan berkata baik akan menambah banyak rezeki.

Sebab-sebab yang kuat dan luhur agar mudah mendapatkan rezeki adalah menegakkan salat dengan penuh hormat, khusyu’ dengan menyempurnakan rukun, wajib, sunat, dan disiplin moral (adab)-nya.melakukan solat dhuha, dinjurkan pula membaca surat Al-Waqi’ah terutama pada malam hari di saat orang tidur, membaca surat Al-Mulk, Al-Muzammil, Al-Lail dan Al-Insyirah.

Sebab lain yang dapat mempermudah datang rezeki adalah datang ke masjid sebelum azan, selalu suci dari hadas, salat sunat sebelum subuh, salat witir di rumah, tidak memperbincangkan masalah dunia setelah salat witir, tidak sering bergaul dengan wanita kecuali ketika perlu, tidak membual untuk agama dan dunianya.


C. Yang Memperpanjang Umur

Yang dapat meyebabkan umur pajang, yaitu takwa, tidak menyakiti, hormat kepada orang yang tua dan menyambung kekerabatan (silaturahmi).

Hendaklah tidak menebang pepohonan yang hidup kecuali karena terpaksa, berwudhu dengan sempurna, salat dengan penuh penghormatan, melakukan haji Qiran, dan menjaga kesehatan.


III - ANALISIS


Dari ke tiga belas pasal diatas ada diantaranya yang berkaitan dengan etika, yakni:

1. Pasal ke II, Niat dalam mencari Ilmu.

2. Pasal ke III, Cara memilih ilmu, guru, teman, dan ketekunan.

3. Pasal ke IV, Cara Menghormati ilmu dan guru.

4. Pasal ke V, Kesungguhan dalam mencari ilmu, beristikomah dan cita-cita yang luhur.

5. Pasal ke VI, Ukuran dan urutannya.

6. Pasal ke VII, Tawakal.

7. Pasal ke VIII, Waktu belajar ilmu.

8. Pasal ke IX, Saling mengasihi dan saling menasehati.

9. Pasal ke X, Mencari tambahan ilmu pengetahuan.

10. Pasal ke XI, Bersikap wara’ ketika menuntut ilmu.


Dari pasal-pasal ini khusunya berkaitan dengan etika seorang pelajar. Adapun pembahasan etika seorang guru terdapat di pasal II dalam pembahasan PANTANGAN AHLI ILMU yang isinya sebagai berikut: “Para ahli ilmu sebaiknya tidak merendahkan (menghinakan) dirinya dengan mengharapkan sesuatu yang tidak semestinya dan menghindari hal-hal yang dapat menghinakan ilmu dan ahli ilmu.”


IV - KESIMPULAN


Buku Ta’limul Muta’allim berisi 13 pasal yang didalamnya memuat tentang panduan, etika dan tata cara bagi para pelajar dalam menuntut ilmu, yakni mulai proses awal sebelum menuntut ilmu, selama masa belajar, dan cara yang harus ditempuh oleh pelajar untuk memperoleh ilmu yang bermanfaat.


310120

Resume ini diambil dari http://adeagushalim.blogspot.com/2014/11/resume-terjemah-kitab-talimul-mutaalim.html